Sabtu, 05 Oktober 2013

Bakar Tirani

De’
Hidup ini keras dan kejam. Sejauh mata memandang, hanya terlihat teror penyiksaan. Hembusan anginnya tak berhenti membawa kabar buruk. Setiap sudutnya hanyalah jurang api keserakahan. Kobarannya amat tinggi, membakar semua nilai-nilai kemanusiaan. Jika tak hati-hati kita akan terpeleset. Terjembab, lalu terjun bebas. Sebebas kita menjerit keras!! Tapi, tak satupun peduli karena kita yatim..
De’
Jarum jam yang berputar dalam ruangan tak berpihak. Membuat kita terpental menembus setiap takdir. Jika tak gesit, hanyalah menjaga sakit dan menghitung luka. Jika tak punya semangat, akan semakin terhempas lalu patah dan terjatuh. Setelah itu karam di lautan air mata sendiri. Tak menyisakan riak tanda kita pernah ada..
De’
Angin di luar itu sangat kencang. Dinginnya berpadu dengan petir, kilatnya menyambar segala yang ada. Masa depan kita, agama kita, lalu hanguslah raga kita tak tersisa apa-apa sekalipun nama. Karena kita ini kerdil. Kaki kita kecil, gampang tumbang. Rubuh jika tak punya semangat muda. Sekalipun melangkah akan rebah. Lalu tergilas dan remuk di telapak kaki raksasa tamak, dan tidak menyisakan apa-apa lagi meski sekedar nama. Karena kita bukan anak penguasa, bukan pula anak pengusaha.
Tapi syukurlah kita karena tidak jadi bagian dari orang-orang yang jahat dan rakus, juga licik dan kejam. Mereka bisa berteduh dari sengatan matahari, bisa sembunyi di balik gedung mewahnya. Yang berdiri di atas tanah rampasannya dari hantaman badai yang hendak meluluhlantahkan kerakusannya. Mereka bisa lolos di atas mobil rampokannya, dari kejaran putting beliung yang hendak memecah topeng kemunafikannya.
De’
Aku tak memintamu jadi Che, Marx atau Lennin, apalagi menyuruhmu jadi presiden ataupun menteri. Aku hanya ingin kau tumbuh dewasa, cerdas, bijak, tangguh dan penuh semangat. Kali ini aku meminta, taburlah benih dendam biar tumbuh perlawanan. Tak perlu takut, kau tak hanya sendiri dan kita tak hanya berdua. Karena tak jauh dari sini, ada samudera terhampar luas berisi jutaaan manusia dengan sepenggal nafas yang tersisa, sesak menyambung jeritnya.
Ada pula jutaan anak yang histeris karena kehilangan buku dan pensilnya. Ada jutaan petani yang hanya memanen jarinya dengan arit yang sudah tumpul. Ada jutaan buruh yang hanya mampu merapihkan tulangnya yang mulai tegas, dengan paku yang sudah berarat. Dan tak sedikit manusia yang menambal perutnya yang sobek. Mereka semua kelaparan, butuh makan, butuh tanah, butuh pekerjaan.. Sementara mereka bukan darah biru. Darah merah sama seperti kita.
De’
Jadilah pejuang!! Untukmu, untukku, dan untuk semua kaum-kaum tertindas. Lalu bersama kita menuai sejahtera. Juga dengan mereka, kaum-kaum tertindas itu..

Bunga Merah Revolusi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar